...

Tiga Syarat Untuk Mendapat Rahmat Allah






Terjemahan:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah (orang-orang yang) mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Al-Baqarah 2:218)



Tafsir Ayat:
Di dalam ayat di atas Allah SWT menyatakan tiga syarat yang perlu dipenuhi terlebih dahulu oleh seorang manusia barulah dia layak digolongkan sebagai orang yang benar-benar telah mengharapkan Rahmat Allah iaitu: IMAN, HIJRAH dan JIHAD FII SABILILLAH.

Apakah makna Rahmat Allah? Dan mengapa setiap manusia perlu mengharapkan Rahmat Allah? Bagaimanakacara supaya kita mendapat Rahmat Allah?

Rahmat Allah maknanya kasih sayang Allah. Tanpa Rahmat Allah manusia tidak akan mungkin hidup bahagia di dunia atau di akhirat. Semua keperluan manusia di dunia ini sejak dari tempat tinggal, makanan, minuman, oksigen dan lain-lain adalah di antara kesan-kesan rahmat Allah bagi mereka. Lebih-lebih lagi di akhirat nanti; amalan kita diterimaNya dan dosa-dosa kita diampuniNya adalah antara kesan-kesan Rahmat (kasih sayang) Allah. Malahan seseorang tidak akan mungkin masuk syorga tanpa rahmat Allah.

Nabi Muhammad (sallallahu alaihi wasalam) bersabda:

“Tidaklah amalannya yang memasukkan salah seorang daripada kamu ke dalam syorga dan tidak pula ia menjauhinya daripada neraka; demikian juga dengan aku, kecuali Rahmat daripada Allah”.[Hadis Sahih Riwayat Muslim]

Jadi kesimpulan hadis di atas; bukanlah amalan kita yang memasukkan kita ke dalam syorga. Tetapi manusia masuk syorga adalah berkat Rahmat Allah.

Siapakah orang-orang yang benar-benar mengharapkan Rahmat Allah? Di dalam ayat di atas Allah telah menetapkan bahwa IMAN, HIJRAH dan JIHAD adalah tiga syarat utama yang mesti kita miliki agar layak dikategorikan ke dalam golongan tersebut. Dan ini menunjukkan bahwa harapan mendapatkan Rahmat Allah tidak akan tercapai tanpa usaha melakukan sebab-sebab yang boleh mendatangkan Rahmat Allah. Adapun harapan yang diikuti dengan kemalasan adalah dakwaan yang kosong dan tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali kerugian belaka.

Mengharapkan Rahmat Allah tanpa mengikutinya dengan sebab-sebab di atas iaitu iman, hijrah dan jihad adalah sama seperti orang yang mengharapkan mendapatkan zuriyat tetapi dia sendiri tidak mahu kawin atau seperti orang yang mengharapkan memiliki kebun yang subur rendang dan buah yang lebat tetapi kebunnya tidak diolah, disirami air dan dibaja. Oleh itu masrilah kita isi sisa-sisa hidup ini dengan usaha semaksima mungkin ke arah memantapkan ketiga-tiga syarat di atas.

1. IMAN.
Hubungan erat antara Keimanan dengan Rahmat Allah memang tidak dapat dinafikan lagi. Tanpa keimanan seseorang tidak akan mungkin mendapat kasih sayang (Rahmat) Allah. Malahan Allah sangat murka kepada orang yang syirik kepadaNya.

IMAN yang bagaimanakah yang boleh membawa kepada Rahmat Allah? Atau dengan kata lain: IMAN yang bagaimanakah yang boleh menghindarkan manusia daripada murka dan azab Allah? Barangkali ayat di bawah ini dapat menjawab pertanyaan ini: Firman Allah:

“Orang-orang yang beriman dan mereka tidak mencampurkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan (daripada siksaan Allah) dan merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk”.(Al-An’aam 6:82)

Berdasarkan ayat ini jelaslah bahwa hanya IMAN YANG MURNI dan tidak bercampur syirik saja yang boleh menjamin seseorang mendapat Rahmat Allah.

Adapun muslim yang mendakwa beriman kepada Allah tetapi dalam kehidupan sehari-hari masih lagi melakukan perkara-perkara syirik dan khurafat, maka mereka tidak akan mendapat keamanan dari siksaan Allah. Keimanan seumpama itu tidak boleh menolong mereka karena amalan syirik yang masih mereka lakukan itu telah memusnahkan segala amal saleh mereka. Ini sebagaimana ketegasan daripada Allah sendiri melalui firmanNya dalam Surah Az-Zumar ayat 65:

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu:

“Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”.

2. HIJRAH.
Hijrah menurut bahasa: Meninggalkan yang pertama untuk pergi kepada yang kedua. Hijrah ada dua jenis:

i. Hijrah yang bersifat fisikal iaitu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain
ii. Hijrah sikap iaitu berpindah dari satu sikap kepada sikap yang lebih baik.

Hijrah yang paling utama ialah hijrah sikap. Berpindah dari sikap yang negatif kepada sikap yang positif. Daripada syirik kepada tauhid, daripada malas kepada rajin, daripada bid’ah kepada sunnah, daripada khianat kepada amanah, daripada durhaka kepada taat dan patuh dan lain-lain lagi.

Nabi Muhammad (sallallahu alaihi wasalam) bersabda:

“Sebaik-baik orang yang berhijrah ialah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah”.[Hadis Sahih Riwayat Imam Muslim]

Meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah bukan hanya terbatas kepada menjauhkan diri daripada apa yang secara nyata dilarang oleh Allah tetapi larangan Allah juga terdapat secara tersirat di dalam setiap suruhan Allah. Di dalam perintah mendirikan solat terdapat larangan meninggalkan solat, di dalam suruhan berbuat ihsan kepada kedua ibubapa tersirat larangan berbuat durhaka kepada mereka berdua.

Jadi belumlah sempurna seseorang yang tidak berjudi, tidak minum arak dan tidak berzina, seandainya dia juga tidak solat, tidak puasa dan ibadah-ibadah lain yang diperintahkan. Malahan menurut sesetengah ulama; Tidak melaksanakan suruhan Allah adalah dosanya lebih berat jika dibandingkan dengan terlanggar larangan Allah. Mengapa demikian? Karena biasanya keengganan melaksanakan suruhan adalah didorong oleh sifat takabbur (sombong), berbeda dengan terlanggar larangan Allah.

Renungkanlah dan ambillah pengajaran daripada kisah Adam dan Iblis. Larangan Allah yang dilanggar oleh Adam tidaklah lebih besar jika dibandingkan dengan dosa Iblis yang enggan melaksanakan suruhan Allah. Adam melanggar larangan Allah karena ditipu oleh Iblis sedangkan Iblis tidak sujud kepada Adam adalah karena kesombongannya dan keangkuhannya.

Oleh sebab itu lakukanlah hijrah secara total. Robahlah cara hidup anda agar lebih Islmy sebagaimana yang pernah dilakukan oleh para sahabat Nabi (sallallahu alaihi wasalam). Setelah memeluk Islam semua adat istiadat Arab yang bercanggah dengan ajaran Islam mereka tinggalkan. Mereka menyedari bahwa kemuliaan mereka bukan karena Arabnya tetapi adalah karena Islamnya.

3. JIHAD FII SABILILLAH.
Jihad maknanya: kesungguhan, berjuang, melawan atau bersusah-payah. Fi sabilillah maknanya: Jalan yang boleh menyampaikan kita kepada keredhaan Allah. Jadi setiap usaha yang kita lakukan untuk mencapai keredhaan Allah dapat digolongkan ke dalam Jihad Fii Sabilillah.

Agar usaha yang kita lakukan mendapat keredhaan Allah maka ada dua perkara yang perlu kita penuhi, iaitu:

i. Hati mestilah ikhlas dalam beramal
ii. Amalan mestilah bersesuaian dengan syare’at Rasul (sallallahu alaihi wasalam).

Dan barangkali inilah yang dimaksudkan oleh Nabi (sallallahu alaihi wasalam):

“Tidak ada hijrah sesudah penaklukan Kota Makkah tetapi Niat dan Jihat”.[Hadis Sahih Riwayat Bukhari dan Muslim]

Jadi setiap muslim dan muslimat mestilag bersungguh-sungguh dalam beragama. Jangan hanya sekedar Islam Warisan Nenek Moyang. Mengaku beragama Islam tetapi banyak amalannya yang tidak Islamic. Kita mesti berusaha menggali khazanah ilmu yang ada di dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad (sallallahu alaihi wasalam) dan selanjutnya mengamalkannya dalam kehidupan seharian.

Kesimpulan:
Sungguh banyak ayat yang menyatakan bahwa amalan sebagai penyebab seseorang masuk syorga. Hakikat ini tidak bercanggah dengan hadis bab di atas karena Rahmat Allah sangat menentukan untuk melayakkan suatu amalan itu diterima oleh Allah.